TATA CARA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH "STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH"
STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH
Secara umum struktur artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah non penelitian relatif sama. Pada artikel non penelitian tidak ada bagian metode. Struktur artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas 10 bagian utama yaitu: (1) judul (2) baris kepemilikan; (3) abstrak; (4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) metode; (7) hasil dan pembahasan; (8) simpulan; dan (9) daftar pustaka. Adapun struktur artikel ilmiah non penelitian terbagi menjadi 9 bagian utama yaitu: (1) judul; (2) baris kepemilikan; (3) abstrak; (4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) pembahasan; (7) simpulan; dan (9) daftar pustaka. Masing-masing bagian diberikan penjelasan sebagai berikut.
1.      Judul
a.       Judul hendaknya ringkas dan informatif, dengan jumlah kata tidak lebih dari 12, sudah termasuk kata penghubung. Agar judul dapat dibuat singkat dan ringkas dalam 12 kata, hindari kata penghubung dan penyebutan obyek, tempat atau bahan penelitian yang sangat terperinci.
b.      Judul mengandung kata-kata kunci dari topik yang diteliti.
c.       Jenis huruf Times New Roman 14, dengan jarak baris satu spasi.
d.      Judul dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggeris, sesuai dengan bahasa yang dipergunakan dalam manuskrip.
e.        Hindari penggunaan singkatan, rumus dan rujukan.

2.      Baris Kepemilikan (authorship lines)
a.       Baris kepemilikan terdiri atas dua bagian, yaitu nama-nama penulis dan afiliasi kelembagaan penulis.
b.      Afiliasi kelembagaan mahasiswa mengikuti tempat dimana yang bersangkutan belajar.
c.       Nama-nama penulis hendaknya hanya orang yang benar-benar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan laporan.
d.      Jabatan akademik/fungsional atau gelar kesarjanaan tidak perlu dicantumkan.
e.       Nama lembaga dicantumkan secara lengkap sampai dengan nama negara, ditulis di bawah nama penu- lis beserta alamat pos, email dan faksimili (kalau ada) untuk keperluan korespondensi.
f.        Jika penulis lebih dari satu orang dan berasal dari kelembagaan berbeda, maka semua alamat dicantum- kan dengan memberikan tanda superskrip huruf kecil mulai dari a pada belakang nama penulis secara berurutan.
g.       Nama penulis korespondensi diberi tanda bintang (*).
RANGKUMAN BUKU KARYA TULIS ILMIAH

Rangkuman
BAB IV
Sistematika Artikel Penelitian

      1.      Artikel Hasil Penelitian
Hasil-hasil yang ditulis dalam bentuk artikeln untuk kemudian diterbitkan dalam majalah ilmiah atau jurnal memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan denga yang ditulis bentuk laporan teknis resmi. Laporan teknis resmi cenderung tebal dan diproduksi terbatas, sehingga hanya kalangan terbatas yang membacanya. Sebaliknya, hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk artiel,biasanya dituntut untuk berisi penting-penting saja. Singkatnya, haisl penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel dalam jurnal dapat memberikan dampak akademik yang lebih cepat dan luas daripada laporan teknis.
1.1  Ciri Pokok
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah dibedakan dengan laporan teknis resmi dalam tiga segi, yaitu bahan,, sistematika, dan prosedur penulisan. Ciri pokok utama adalah bahan. Artikel hasil penelitian untuk jurnal hanya berisi hal-hal atau bahan yang penting saja, seperti hasil pebelitian, pembahasan hasil, dan simpulan. Kajian pustaka lazim disjaikan untuk mengawali artikel dan sekaligus merupakan pembahasan mengenai rasional pentingnya masalah yang diteliti. Bagian awal berfungsi sebagai latar belakang penelitian.
Ciri poko kedua adalah sistematika penulisan. Artikle hasil penelitian terdiri atas bagian dan subbagian. Bagian dan subbagian dapat diberi judul atau tanpa judul. Dalam laporan penelitian teknis resmi, kajian pustaka lazimnya diletakkan pada bagian kedua (BAB II), yakni setelah bagian yang membahas masalah, pentingnya penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian. Dalambagaian artikel hasil penelitian, kajian pustaka merupakan bagian awal artikel (tanpa judul subbagian kajian pustaka) yang berfungsi sebagai bagian penting dari latar belakang penelitian. Kajian pustaka yang sekaligus berfungsi sebagai latar belakang penelitian ditutup oleh rumusan tujuan penelitian (tanpa judul subbagian tujuan penelitian).
Ciri pokok ketiga adalah prosedur penulisan. Sesuai dengna pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Malang (2003:43), dapat dikemukakan bahwa ada tiga kemungkinan prosedur penulisan artikel hasil penelitian. Pertama, artikel hasil penelitian ditulis sebelum laporan penelitian teknis dibuat secara lengkap dibuat. Tujuannya untuk menjaring masukan dari para pembaca. Kedua, artikel hasil peneltina untuk jurnal ditulis setelah laporan penelitian teknis resmi setelah disusun. Ketiga, artikel hasil peneltian yang diterbitkan dalam jurnal merupakan satu-satunya tulisan yang dibuat oleh peneliti. Alternatif ketiga ini lazim dilakukan oleh peneliti yang yang mendanai penelitiannya sendiri. Bagi penelitian swadana, artikel hasil penelitian dalam jurnal merupakan forum komunikasi yang palig efektif dan efisien.
SOAL KALIMAT EFEKTIF
1.      Penyakit Alzheimer alias pikun adalah salah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara obatnya tidak ada yang tahu.
Kesalahan: penulisan penyakit Alzheimer alias pikun merupakan paralelisme. Pada kalimat tersebut penggunaan paralelisme pada awalan kalimat tidak tepat karena penyakit Alzheimer sama dengan pikun.
Perbaikan: Penyakit Alzheimer adalah penyakit tua yang paling mengerikan dan berbahaya karena pencegahan dan cara pengobatannya tidak ada yang mengetahui.
2.      Pembangunan gedung sekolah baru pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit.
Kesalahan: penggunaan subjek ganda (yayasan dan bank) dalam kalimat tunggal.
Perbaikan:
a.       Pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru.
b.      Pembangunan gedung sekolah baru dibantu oleh yayasan, sedangkan bank yang akan memberi kredit.
3.      Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
Kesalahan: pemakaian kata depan ‘dalam’ yang salah, sehingga gagasan kalimat menjadi kacau.
Perbaikan: Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
4.      Kepada setiap pengendara mobil di kota Jakarta harus memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)
Kesalahan: tidak jelasnya subjek pada kalimat tersebut, penggunaan Jakarta sudah mewakili kota Jakarta.
Perbaikan: Setiap pengendara mobil di Jakarta harus memiliki Surat Izin Mengenmudi (SIM)
5.      Saya punya rumah baru saja diperbaiki.
Kesalahan: struktur kalimat tidak benar.
Perbaikan: Rumah saya baru saja diperbaiki.
SOAL EYD

          1.      Nama penulis: Tjetjep Rohendi Rohidi. Penulisan daftar pustaka dari buku yang tepat adalah...
a.  Tjetjep Rohendi, Rohidi, 2000. Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
b.      Rohidi, Tjetjep Rohendi, 2000. Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia.
c.       Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Ekspresi Orang Miskin. Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia

          2.      Nama penulis: Sabarti Alkhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan. Penulisan daftar pustaka yang tepat adalah...
a.       Ridwan, Sakura H, Sabarti Alkhaidah, Maidar G. Arsyad, 1996. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
b.      Alkhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan. 1996. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
c.   Sabarti, Alkhadiah, Maidar G. Arsyad dan Sakura H. Ridwan. 1996. Menulis. Jakarta: Depsikbud.

          3.      Penulis: Darmiyati Zuchdi. Penulisan daftar pustaka dari makalah yang tepat adalah...
a.   Zuchdi, Darmiyati. 1997. “Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses.” Makalah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996.
b.   Zuchdi, Darmiyati. 1997. “Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses”. Makalah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996.
c.  Damiyati, Zuchdi. 1997. “Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses”. Makalah disajikan dan dibahas pada Senat Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP Yogyakarta tanggal 15 November 1996
Makalah Kajian Etnolinguistik "Makna Leksikal dan Kultural pada Leksikon Tradisi Manten tebu Di Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal "
Makna Leksikal dan Kultural pada Leksikon Tradisi Manten Tebu
Di Pabrik Gula Pangka Kabupaten Tegal
Oleh: Nur Intan Sari (2601413072)

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan beragam suku yang tersebar di berbagai pulau. Hal ini yang menyebabkan beragamnya kebudayaan. Dapat dilihat dari pulau Jawa yang memiliki beragam suku, salah satunya adalah suku Jawa. Suku Jawa ini mempunyai beragam kebudayaan tersebar di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Tegal merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah. Masyarakat Tegal merupakan asli suku Jawa. Hal tersebut dapat dilihat dari masyarakatnya yang menggunakan bahasa asli Tegal atau bahasa Jawa kuna asli. Tidak hanya dari penggunaan bahasa di masyarakat, namun kebudayaannya yang sama dengan kebudayaan di derah-daerah Jawa Tengah lainnya.
 Letak geografis Tegal berada di jalur pantai utara (pantura). Selain berdampingan dengan Pantai Utara, wilayah Tegal dekat dengan daerah dataran tinggi. Tegal di sebelah utara berdampingan dengan Pantai Utara, sedangkan di sebelah selatan berdampingan dengan Gunung Slamet. Keragaman geografis tersebut sangat berpengaruh pada kebudayaan masyarakatnya. Misalnya daerah Tegal yang berdampingan dengan Pantai Utara, tradisi yang terkenal adalah Sedekah Laut dan Ruwat Bumi. Berbeda dengan geografisnya, Tegal yang dekat dengan Gunung Slamet, mempunyai tradisi Manten Tebu, Sedekah Bumi dan Sedekah Wadhuk.
Pada penelitian ini, tradisi yang akan diteliti adalah tradisi Manten Tebu. Tradisi ini dikoordinasi oleh Karyawan Pabrik Gula Pangka (PG Pangka) yang dimeriahkan semua masyarakat Tegal dari berbgaia kalangan sosial, yaitu petani tebu, tokoh masyarakat, serta pejabat pemerintah.  PG Pangka ini berada di Kelurahan Pangka, Kecamatan Pangka, Kabupaten Tegal. Tradisi ini sebagai petanda bahwa tebu siap untuk digiling di Pabrik Gula pangka (PG Pangka). Tebu yang akan digiling ini berasal dari petani tebu di seluruh Tegal. Tradisi Manten Tebu ini sudah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan pada bulan April-Mei.
Tradisi Manten Tebu ini merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah meberikan limpahan berupa hasil panen tebu yang berlimpah serta tradisi ini dilakukan sebagai bentuk harap kepada Tuhan agar dilancarakan pada proses penggilingan sehingga menghasilkan gula yang baik, memberikan kesejahteraan, dan tidak merugikan PG Pangka, petani dan masyarakat setempat.
Tujuan dan hasil dari tradisi Manten Tebu ini nyata dirasakan oleh karyawan dan masyarakat Pangka dan Tegal. Tujuan PG Pangka melakukan tradisi Manten Tebu sebagai bentuk keraifan lokal yang harus dilestarikan, karena tradisi ini sudah dilakukan oleh masyarakat saat Belanda berada di Tegal, serta bentuk mengeratkan seluruh komponen masyarakat Tegal. Hasil dari tradisi Manten Tebu ini dapat dilihat dari keuntungan masyarakat yang berjualan saat puncak acara Tradisi Manten Tebu ini.
Tujuan dan hasil dari tradisi Manten Tebu ini sangat berpengaruh bagi masyarakat, hal tersebut perlu adanya penelitian mengenai makna leksikal, makna kultural serta pola pikir masyarakat terhadap Tradisi Manten Tebu. Hal tersebut berfungsi sebagai penjagaan serta pelestarian kearifan lokal.
Penelitian ini, bertujuan untuk menjelaskan dan mendiskripsi makna leksikal dan gramatikal, makna kultural pada Tradisi Manten Tebu serta mengetahui pola pikir masyarakat terhadap Tradisi Manten Tebu di PG Pangka, Kabupaten Tegal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis sebagai penjagaan kearifan lokal dengan bentuk leksikal serta maknanya pada Tradisi Manten Tebu untuk masyarakat Tegal bahkan pada sivitas akademika. Selain manfaat yang bersifat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bersifat praktis, yaitu sebagai informasi dan masukan empiris kepada masyarakat dan pemerintah yang memiliki tugas dan kewajiban dalam menjaga tradisi Manten Tebu sebagai tradisi yang memiliki manfaat dan berkah untuk masyarakat sekitar.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ari Agung Pramono dari judul skripsi “Makna Simbol Ritual Cembengan di Madukismo Kabupaten Bantul” (2009). Dari hasil penelitian ini adalah Ritual Cembengan merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh pabrik-pabrik gula yang akan  melaksanakan proses awal dari masuknya mesin giling.  Simbol-simbol dalam ritual Cembengan terdapat pesan atau wejangan yang ditujukan kepada kelancaran jalannya proses giling tebu, sehingga makna dari berbagai simbol yang digunakan merupakan manisfestasi dari rasa syukur yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Simbol-simbol tersebut memberikan pengaruh positif yang signifikan dalam kehidupan mereka, baik secara psikologis, sosial kemasyarakatan, maupun secara keagamaan, sehingga menjadikan mereka selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam hidupnya, baik dalam lingkungannya secara horisontal dnegan manusia dan mahkluk lainnya.
Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Agung Pramono sama-sama mengkaji makna serta penggunaan nama pada proses memanen tebu dan siap untuk digiling oleh Pabrik Gula. Penggunaan nama pada penelitian sebelumnya, menggunakan Cembengan dan pada penelitian ini menggunakan Manten Tebu.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari Agung Pramono, jika penelitian sebelumnya hanya mengkaji makna simbol dari Ritual Cembengan, namun penelitian ini akan meneliti makna leksikal, makna kultural dan pola pikir masyarakat terhadap Tradisi Manten Tebu.